Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kronologi Proses Pengambilan Tanah Untuk Lahan Industri

Beralihnya fungsi lahan pertartian di pedesaan menjadi lahan industri membawa dampak besar di Inggris, berupa beratihnya status petani menjadi pekea pabrik, munculnya pusat-pusat irtdustri, urbanisasi, dan tampilnya kaum buruh.

Revolusi Industri sudah tentu membawa dampak bagi kehidupan masyarakat. Dampak paling mencolok yaitu munculnya kelompok gres dalam masyarakat. Kelompok yang dimaksud yaitu kaum pemilik modal. melaluiataubersamaini kekuatan keuangannya, mereka memegang kendali dalam perekonomian Inggris.

Kenyataan ini tidak sanggup dipungkiri, mengingat merekalah yang berperan sebagai penanam modal perjuangan industri (investor), sekaligus sebagai penghasil barang industri (produsen), penyalur (distributor), dan pedagang. Pengaruh kaum pemilik modal semakin berpengaruh di Inggris, semenjak perekonomiannya beralih dari sistem merkantilisme ke sistem liberal.

Lebih lanjut, kekuatan keuangan para pemilik modal membuka peluang mereka untuk meluaskan lapangan perjuangan industrinya. Lapangan perjuangan gres tentunya membutuhkan sebidang tanah. Para pemilik modal kemudian membeli lahan-lahan pertanian yang dimiliki para aristokrat untuk dijadikan lahan industri. Beralihnya fungsi tanah dari lahan pertanian menjadi lahan industri membawa rentetan dampak sebagai diberikut:

Pertama, alasannya yaitu lahan pertanian di pedesaan berkurang, rakyat petani kehilangan pekerjaannya. Mereka kemudian beralih profesi menjadi pekerja-pekerja pabrik. Sewaktu menjadi petani, upah mereka memadai, alasannya yaitu besarnya upah ditentukan oleh besarnya hasil pguan.

Selain itu, memadainya upah dimungkinkan oleh kekerabatan yang saling membutuhkan antara pemilik tanah (kaum bangsawan) dengan petani penyewa. Penghasilan aristokrat tuan tanah sedikit banyak ditentukan oleh petani yang mengolah lahannya. Lalu mengingat banyaknya tenaga yang dibutuhkan, aristokrat tuan tanah tidak sanggup begitu saja mengganti-ganti penggarap lahan.

Keadaan sebaliknya berlaku dalam kekerabatan antara pemilik pabrik dengan pekerja pabrik. Upah pekerja pabrik semata-mata ditentukan oleh pemilik pabrik (majikan). Pekerja bergantung pada majikan, sedangkan majikan tidak tergantung pada pekerjanya.

Ia sanggup mengganti pekerja sesukanya dan kapan saja. Oleh alasannya yaitu itu, upah pekerja sanggup ditekan seminim mungkin. Demi tetap kerja, pekerja tidak sanggup berbuat lain selain menurut. Kedua, suatu sentra industri lama-kelabuaan menjelma kota industri. Di sekitar pabrik, selain para pekerja, juga tinggal penduduk yang mengadakan acara komersial, ibarat menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Bertambahnya penduduk dengan bermacam-macam profesi membuat lingkungan sekitar pabrik menjadi kota. Pertumbuhan menjadi kota ini juga dimungkinkan oleh pembangunan jalan raya dan masukana angkutan. Mulanya keduanya diperuntukkan bagi transportasi bahan-bahan keperluan industri dan barang-barang hasil industri.

Seiring dengan bertambah nya penduduk di sekitar pabrik, jalan raya dan angkutan dipakai juga untuk kepentingan umum. Tumbuhlah kota-kota industri di Inggris, ibarat Manchester, Sheffield, Birmingham, dan Liverpool.

Kota ini disebut kota industri, mengingat kelangsungan acara ekonomi amat ditentukan oleh pabrik. (Seba-gai perbandingan, amatilah di sekitar pabrik yang ada di lingkunganmu! Akan kalian temukan usaha-usaha komersial, ibarat warteg, restoran, apotik, warung kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya).

Ketiga, tumbuhnya kota-kota industri menyebabkan urbanisasi besar-bemasukan. Rakyat yang kehilangan pekerjaan akhir Revolusi Agraria berbondong-bondong ke sentra industri untuk mencari kela, entah sebagai buruh pabrik ataupun pekerjaan lainnya. Berlimpahnya pekerja ini ialah tanda-tanda mencolok dikala itu.

 Beralihnya fungsi lahan pertartian di pedesaan menjadi lahan industri membawa dampak besa Kronologi Proses Pengambilan Tanah untuk Lahan Industri

Mereka ini membentuk kelompok gres dalam masyarakat, yang dinamakan kaum buruh. Kehidupan kaum buruh memprihatinkan, upah kecil, waktu kerja panjang, jaminan keselamatan keria tidak ada. Tambahan pula, perempuan dan belum dewasa dipekerjakan pula. Para pemilik industri cenderung lebih suka mempekerjakan perempuan dan anak-anak, alasannya yaitu upahnya jauh lebih murah dibandingkan laki-laki dewasa.

Keinginan untuk memperbaiki nasib dan melindungi hak selanjutnya mendorong kaum buruh untuk bersatu dalam organisasi. Keadaan ini meletupkan per-perihalan antara pihak majikan dengan organisasi buruh. Pada mulanya, tuntutan organisasi buruh tidak diindahkan oleh pemilik modal (majikan) maupun pemerintah.

Pemogokan demi pemogokan malah merugikan kaum buruh sendiri. Sejak tahun 1851, kaum buruh mengadakan reorganisasi dengan membentuk Serikat Buruh (Trade Union). Serikat inilah yang menjadi perintis berdirinya Partai Buruh (Labour Party).

Di lain pihak, pemerintah Inggris pun lambat laun menaruh perhatian terhadap nasib kaum buruh. Alasannya, tekanan dan penindasan yang dialami kaum buruh mendorong meningkatnya kriminthitas di kota-kota. Stabilitas negara pun sanggup terancam.

Untuk mengatasi perma-salahan itu, semenjak tahun 1829, Parlemen Inggris mengeluarkan aturan yang melindungi kepentingan kaum buruh. Hukum-hukum itu antara lain menyangkut batasan umur boleh kerja, batasan waktu kerja, hak pilih kaum buruh, dan perbaikan kesejahteraan pekerja.


Daftar Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Kronologi Proses Pengambilan Tanah Untuk Lahan Industri"