Kronologi Sejarah Penjajahan Jepang Di Indonesia
melaluiataubersamaini politik luar negeri imperialis Hakkoichiu, Jepang berupaya merangkum Asia sebagai keluarga besar di bawah pimpinannya. Keinginan inilah yang menjadikannya sebagai pelaku utama perang dahsyat di Pasifik. Gerak cepat tentara Jepang di Asia Timur kemudian pemboman awalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor mau tidak mau mengharuskan tentara Belanda di Indonesia berada dalam siaga perang.
Karena kaya akan sumber daya alam, sudah tentu Indonesia menjadi incaran Jepang. Oleh alasannya itulah, lima jam setelah Pearl Harbor dibom, Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia, ijarda van Staken borgh Stachouwer, mengumumkan perang kepada Jepang. Dalam kancah perang di Pasifik ini, Jepang menghadapi Sekutu yang disebut Front ABDACOM (American British Dutch Autralian Command).
Sejarah Masuknya Jepang ke Indonesia
Masa pemerintahan mititer Jepang di Indonesia ditandai pemerahan habis-habisan tenaga dan kekayaan rakyat. Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur. Keesokan harinya, pasukan Belanda di daerah itu menyerah. Pada langkah diberikutnya, Jepang mengincar sumber minyak lainnya di Kalimantan Timur, yakni Balikpapan. Tempat itu direbut pada tanggal 24 Januari 1942.
Kemudian, selama hampir dua ahad diberikutnya, berturut-turut Pontianak, Kotabangun, Samarinda, dan Banjar masin direbut. melaluiataubersamaini jatuhnya sumber minyak Palembang ke tangan pasukan payung Jepang, semakin terbukalah peluang Jepang menduduki Pulau Jawa. Tugas merebut Pulau Jawa dibebankan kepada Tentara Keenambelas, di bawah komando Letjen Hitoshi Imamura.
Sementara itu, kekuatan pertahanan Belanda dipercayakan kepada Letjen H. Ter Poorten. Dalam waktu singkat, pasukan Jepang menduduki tempat-tempat strategis di Pulau Jawa. Pasukan Belanda tidak berdaya. Akhirnya, pada tanggal 8 Maret 1942, Letjen Ter Poorten menyatakan penyerahan tanpa syarat pemerintahan atas Indonesia kepada Jepang di Kalijati, Jawa Barat.
Selesailah sudah masa penjajahan Belanda di Indonesia. Akan tetapi, kemerdekaan harus menunggu tiga setengah tahun lagi. Kelihatannya sebentar, tetapi waktu singkat itu ialah tahun-tahun penuh penderitaan bagi rakyat Indonesia.
Pemerasan Kekayaan dan Tenaga Rakyat Indonesia
Sesudah jatuh ke tangan Jepang, Indonesia ditangani oleh pemerintahan militer. Pulau Jawa dan Sumatera berada di bawah komando angkatan darat, masing-masing berpusat di Bukittingi dan Jakarta. Sedangkan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku berada di bawah komando angkatan laut, yang berpusat di Makassar (Ujung Pandang).
Karena berada di bawah pemerintahan segala kebijakan politik, ekonomi, dan sosial Jepang atas Indonesia bersangkut paut dengan kepentingan peperangan Jepang melawan Sekutu. Kebijakan itu antara lain menyangkut tiga hal diberikut:
a. Pengerahan Pemuda
Selama di Indonesia, pemerintah militer Jepang memdiberi perhatian khusus kepada para pemuda. Mereka sanggup dikader menjadi pendukung kegiatan Jepang menggalang keluarga besar Asia. Untuk itulah, cowok menerima prioritas pendidikan, baik berupa pengembangan kemampuan intelektual maupun petes keterampilan serta kedisiplinan.
Sesudah dilatih, mereka diharapkan akan bisa mempropagandakan Gerakan Tiga A Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia). Perhatian terhadap kalangan cowok semakin meningkat, semenjak Jepang terpukul kalah dalam Perang Laut Karang (Mei 1942) dan Perang Guadalkanal (Agustus 1942).
Pemerintah militer Jepang menyadari perlunya menolongan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di seantero Asia. Pihak yang diharapkan ialah kalangan pemuda. Sejak tahun 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda.
Sejak bulan April 1943, Jepang mulai membentuk barisan cowok yang berciri semi militer. Tujuannya ialah mendidik dan melatih cowok semoga bisa mempertahankan tanah airnya sendiri. Pertahanan yang dimaksud di sini ialah memmenolong pasukan Jepang menangkal aksi dari pihak Sekutu. Barisan semi militer ini antara lain ialah Seinendan (tenaga muda cadangan) dan Keibodan (pemmenolong polisi).
Semakin terdesaknya Jepang di medan perang memaksa Jepang untuk membentuk barisan cowok yang benar-benar militer penuh. Barisan cowok ini diharapkan sanggup memmenolong pasukan Jepang di medan tempur yang sesungguhnya. Untuk itulah, pemerintah militer Jepang membentuk pasukan Heiho dan mengijinkan didirikannya Peta. Yang menarikdanunik, dalam Peta cowok Indonesia diijinkan menjadi perwira militer.
b. Pengerahan Tenaga Pekerja
Selain membutuhkan menolongan prajurit, Jepang pun memerlukan menolongan tenaga untuk membangun masukana pendukung perang. Sarana pendukung itu antara lain berupa kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Untuk pembangunannya diharapkan tenaga-tenaga kasar. Tenaga pekerja inilah yang populer dinamakan romusha.
Tadinya para romusha berasal dari penduduk yang menganggur. Namun, setelah tenaga mereka terkuras dan banyak yang tewas, pemerintah militer mengerahkan para penduduk ataupun petani dari desa-desa menyumbangkan tenaga mereka. Pada awalnya, pelaksanaan romusha didukung rakyat Indonesia, alasannya mereka masih terpengaruhi propaganda membangun keluarga besar Asia.
Di samping itu, kegiatan romusha ini sukarela sifatnya dan juga spesialuntuk sementara. Namun, setelah kebutuhan kian mendesak, pengerahan tenaga romusha berkembang menjadi paksaan. Beribu-ribu tenaga romusha dikirim ke luar Jawa, atau bahkan ke luar Indonesia, menyerupai ke Burma (Myanmar), Malaya (Malaysia), Muangthai, dan Indo Cina. Di daerah kerja, mereka diperlakukan secara buruk, tidak jauh tidak sama dengan budak. Banyak di antara mereka yang tewas, entah alasannya kelelahan, penyakit, ataupun siksaan.
c. Pengurasan Tenaga dan Harta Penduduk
Penindasan terhadap rakyat masih berlanjut. Selain dipaksa untuk romusha, sebagian rakyat lain dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang mempersembahkan hasil bumi menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh tentunya dipergunakan untuk membiayai perang. Selain itu, rakyat diwajibkan menyetorkan padi, jagung, dan ternak dalam jumlah tertentu, demi memenuhi kebutuhan logistik di medan perang. Tambahan pula, rakyat dibebani pekerjaan perhiasan menanam pohon jarak, yang diambil minyaknya untuk pelumas mesin-mesin perang.
Kewajiban dan paksaan yang bertubi-tubi benar-benar menyengsarakan rakyat saat itu. Pengiriman tenaga romusha secara besar-bemasukan mengurangi tenaga kerja produktif. Akibatnya, belum sempurnanya gizi dan kelaparan merajalela. Kekurangan pangan ini disertai juga oleh belum sempurnanya sandang. Dapat dikatakan, rakyat saat itu makan dan mengenakan pakaian yang gotong royong sama sekali tidak layak.
Daftar Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Kronologi Sejarah Penjajahan Jepang Di Indonesia"