Pengaruh Ekspansi Kekuasaan Kolonial
Kebijakan eksploitasi yang diterapkan pemerintah kolonial melalui Sistem Tanam terbukti tidak adil bagi wilayah jajahan. Di satu pihak, Belanda sangat diuntungkan dengan pulihnya kembali posisi keuangan. Di lain pihak, rakyat jajahan menderita lantaran kelaparan dan kemiskinan. Ketidakadilan itu menerima reaksi keras dari kalangan liberal.
A. Politik Etis
Sesudah kalangan liberal meraih kemenangan politik di Belanda, muncul perhatian pada kemakmuran rakyat wilayah jajahan. Penganut politik liberal, menyerupai van Deventer, mendesak pemerintah Belanda untuk meningkatkan kehidupan wilayah jajahan. Desakan itu menurut pertimbangan diberikut:
Rakyat wilavah jajahan sudah bekerja keras mempersembahkan kemakmuran kepada Belanda (melalui Tanam Paksa). Oleh lantaran itu, Belanda wajib mempersembahkan kemakmuran bagi rakyat wilayah jajahan sebagai balas akal atas kerja keras mereka. Desakan van Deventer itu menerima sambutan dari pemerintah Belanda.
Dalam pidato negara pada tahun 1901, ratu Belanda, Wihelmina, mengatakan: "Negeri Belanda memiliki kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran dari penduduk Hindia Belanda". Pidato tersebut menandai awal kebijakan memakmurkan Hindia Belanda yang dikenal sebagai Politik Etis atau Politik Balas Budi.
Tujuan Politik Etis
- Edukasi: menyelenggarakan pendidikan.
- Irigasi: membangun masukana dan jaenteng pengairan.
- Kolonisasi: mengorganisasi perpindahan penduduk.
B. Pendidikan Kolonial
Pendidikan kolonial ialah pendidikan yang diorganisasi oleh pemerintah kolonial. Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintah itu sendiri, berupa kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor pemerintah maupun perkebunan. Karena kepentingan itu, pada mulanya pendidikan tidak merata untuk tiruana orang. Terdapat perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumiputera.
Perkembangan Pendidikan dan Munculnya Kesadaran Nasional sepertihalnya Untuk anak keturunan Eropa didirikan ELS (Europese Lagere School, Untuk anak bumiputera kalangan bawah didirikan sekolah kelas dua (Angka Loro), Untuk anak bumiputra kalangan menengah dan atas didirikan sekolah kelas satu.
Kemudian, meningkatnya kebutuhan pegawai terdidik mendorong pemerintah untuk menyebarkan pendidikan untuk anak bumiputera. Untuk anak bumiputera kalangan bawah, didirikan sekolah rakyat (Volkschool atau Rajatschool). Pendidikan berlangsung selama 3 tahun, dengan tekanan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Murid yang berakal akan memperoleh peluang mencar ilmu di sekolah lanjutan (Vervolgschool) selama 2 tahun.
Untuk anak bumiputera kalangan menengah, didirikan sekolah dasar (Hol-lands Inlandsche School atau HIS). Sekolah itu memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pendidikan berlangsung selama 7 tahun.
Murid yang berakal sanggup melanjutkan pendidikan ke sekolah umum setingkat SLTP (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs atau MULO), kemudian ke sekolah umum setingkat SMU (Algemeene Middelbare School atau AMS).
Khusus untuk bumiputera kalangan atas, setelah final HIS sanggup melan-jutkan ke HBS (Hogere Burgerschool) dengan usang pendidikan 5 tahun. Selain ke sekolah umum, anak bumiputera sanggup melanjutkan ke sekolah kejuruan, menyerupai sekolah guru (Kweekschool) dan sekolah pangreh praja.
Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah kolonial juga memdiberi peluang bagi bumiputera untuk mengikuti pendidikan tinggi, terutama bagi anakdidik yang pandai dan bisa secara ekonomi. Sebelumnya, mereka ini harus mencar ilmu ke Belanda. Barulah semenjak tahun 1920, mereka sanggup mengikuti pendidikan tinggi di Hindia Belanda:
- Bidang hukum: Rechts Hoge School.
- Bidang metode: Technische Hoge School.
- Bidang kedokteran: School tot Opleiding van Inlandsche Aartsen (STOVIA).
C. Perguruan Kebangsaan
Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial, muncul pula ziekolah vang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sekolah menyerupai itu dengan sebutan perguruan tinggi kebangsaan. Perguruan kebangsaan lahir keprihatinan tidak tiruana rakyat Indonesia bisa masuk ke sekolah milik piemerintah.
Pemerintah kolonial membatasi pendidikan untuk orang dari kalangan tertentu (biasanya bangsawan) atau kalangan yang bisa secara ekonomi. Itulah sebabnya, perguruan tinggi kebangsaan terbuka bagi tiruana bumiputera tanpa membedakan dari kalangan manapun.
D. Perguruan Taman Siswa
Perguruan kebangsaan ini didirikan oleh Ki Hajar Dewantara,pada tahun 1920. Selain menambah ilmu pengetahuan, pendidikan dalam perguruan tinggi tersebut juga bertujuan membentuk jiwa kebangsaan. melaluiataubersamaini tujuan itu, lulusan Taman Siswa bukan spesialuntuk pandai, tetapi juga bisa menjadi calon pemimpin impian bangsa. Untuk mencapai tujuan itu, dalam acara mencar ilmu mengajar,ditanamkan semangat antikolonial (penjajahan) dan rasa cinta tanah air.
E. Perguruan Kayu Tanam
Perguruan kebangsaan ini didirikan oleh Mohammad Syafei, pada tahun 1926. Nama orisinil perguruan tinggi itu ialah Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam atau INS Kayu Tanam. Perguruan tersebut bertujuan menyiapkan para perjaka untuk mengabdi kepentingan bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuanitu, dalam acara mencar ilmu mengajar ditanamkan semangat kerja dan kemandirian.
F. Perguruan Ksatrian
Perguruan kebangsaan ini didirikan oleh E.F.E. Douwes Dekker, pada tahun 1924. Nama orisinil perguruan tinggi itu ialah Ksatriaan School. Perguruan tersebut ber-tujuan menumbuhkan rasa pujian dan rasa percaya diri sebagai insan merdeka. Untuk mencapai tujuan itu, dalam acara mencar ilmu mengajar dibina perilaku kritis terhadap kolonialisme. Juga ditanamkan keberanian mengambil perilaku tanpa kompromi terhadap segala hal yang berkaitan dengan penjajahan.
Daftar Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Pengaruh Ekspansi Kekuasaan Kolonial"