Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kongres Wanita Indonesia 1 Dalam Perkembangan Ideologi Dan Organisasi Indonesia

Kongres Perempuan Indonesia 1



Kongres Perempuan Indonesia dihadiri oleh banyak sekali wakil-wakil orgariisasi wanita. Di antaranya yakni Ny. Sukanto (Wanito Utomo), Nyi Hajar Dewantara ( Taman Siswa bab wanita), dan Nona Suyatin (Pemuda Indonesia bab keputrian). Perkumpulan yang mengikuti kongres antara lain Wanito Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Muhammadiyah dan SI bab wanita, Jong Islameiten Bond dan Jong Java bab wanita, dan Wanita Taman Siswa.

Tujuan kongres yakni untuk mempersatukan keinginan dan perjuangan untuk memajukan perempuan Indonesia serta mengadakan adonan atau periktan di antara perkumpulan perempuan tersebut. Dalam rapat terbuka antara lain dibicarakan soal nasib perempuan dalam perkawinan, dan keluarga poligami. Di dalam kongres pada umumnya menyepakati untuk memajukan perempuan Indonesia serta mengadakan adonan atau perikatan yang berhaluan kooperatif terhadap pemerintah. Hasil kongres yang terpenting yakni pembentukan adonan (federasi) perkumpulan perempuan dengan nama Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang dipimpin oleh Ny. Sukanto.

Tujuan perkumpulan antara lain mempersembahkan penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya, mempersembahkan “dana belajar” kepada anak perempuan yang pandai, mengadakan kursus kesehatan, menentang perkawinan anak-anak, dan memajukan kepanduan bagi bawah umur perempuan. Dalam kongres pada tanggal 28-31 Desember 1929 di Jakarta, nama Perikatan Perempuan Indonesia diubah Istri Indonesia (PPII). Tujuannya lebih jelas, dan memperlihatkan sifat federasi dan tubuh tersebut.

Tujuan perserikatan diputuskan untuk mengadakan perhubungan di antara perkumpulan wanita, memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia, serta tidak akan mencampuri politik dan agama. Kemudian perserikatan memmenolong dana berguru yang berjulukan Sri Derma serta misinya yang diajukan kepada pemerintah untuk melarang pergundikan. Meskipurt pada mulanya PPII masih bersifat kewanitaan dan terutama berusaha dalam hal pendidikan dan perbaikan kerumahtanggaan, namun corak sosial dan kebangsaan mulai kuat juga dalam perjuangan perserikatan. Atas prakarsa PPII dibuat Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dam Anak-anak (PPPPA) yang diketuai oleh Ny. Sumayati Sukemi. Selain itu juga dibuat sebuah komite untuk membela nasib buruh w.anita bangsa Indonesia. Komite itu pemah mengadakan pertemuan untuk menuntut perbaikan kehidupan kaum pengobeng dalam perusahaan batik kepunyaan orang Cina di Lasem (Pati).



Dalam Kongres PPII di Surabaya pada tahun 1930, diputuskan bahw asas perkumpulan itu yaitu: kebangsaan, persamaan, penghargaan hak di antara laki-laki dan perempuan, dan kesosialan. Dalam Kongres PPII di Solo tahun 1931 yang dipimpin oleh Ny. Mustajab, semangat kebangsaan bermetamorfosis di dalam perjuangan untuk mengadakan fusi di antara perkumpulan anggota PPII yang bersamaan asas. Dalam Kongres PPII yang keempat di Yogyakarta tahun 1932 yang dipimpin oleh Ny. Suwandi, enam perkumpulan anggota PPII sudah mengadakan fusi dengan nama Istri Indonesia yang diketuai oleh Ny. Sh. Suparta. Istri Indonesia tetap menjadi anggota PPII dan menjadi salah satu perkumpulan perempuan yang terpenting. Pada waktu dilancarkan agresi menentang Ordonansi Sekolah Liar pada tahun 1932 organisasi tersebut ikut menyatakan perilaku dan menganjurkan kepada anggota untuk menyokong agresi tersebut.

Sementara itu, pada tanggal 22 Maret 1929 di Bandung bangkit Perkumpulan Istri Sedar yang dipimpin oleh Nona Suwarni Jayaseputra (kemudian menjadi Ny. Suwarni Pringgodigdo). Perkumpulan Istri Sedar berasal dan para anggota Puteri Indonesia, yaitu organisasi perempuan bab dan Pemuda Indonesia .yang tidak menyetujui fusi Pemuda Indonesia ke dalam Perkumpulan Indonesia Muda. Perkumpulan Istri Sedar bersifat radikal dan beraliran nasionalisme kin serta berhaluan nonkooperatif menyerupai Pemuda Indonesia dan PNI. Tujuan perkumpulan itu yakni menuju kepada kesadaran perempuan Indonesia dan derajat hidup Indonesia, melepaskan dan menyempurnakan Indonesia Merdeka. Perkumpulan itu bersifat netral terhadap agama serta terbuka baik bagi perempuan terpelajar maupun perempuan dan rakyat biasa, meskipun diputuskan juga bahwa sebagai organisasi, tidak akan teijun secara pribadi ke dalam lapangan politik. Nona Suwarni beropini bahwa perempuan Indonesia tidakboleh terlalu terikat kepada pendidikan dan rumah tangga saja.

Dalam kongresnya pada tahun 1931, diputuskan bahwa perkumpulan sedapatnya ingin ikut serta dalam kehidupan politik. Karena aksinya yang radikal dan terlalu menggelora, maka terjadi perperihalan dengan PPII, begitu juga dengan perkumpulan perempuan Islam bekerjasama dengan serangannya yang keras wacana soal poligarni. Atas prakarsa Istri Sedar dan PPII, pada bulan Januari 1931 perkumpulan itu mengutus Nona Sunaryati Sukemi dan Ny. Rukmini Santoso untuk menghadiri Kongres Perempuan Se-Asia di Lahore. Untuk pertama kalinya pergerakan Wanita Indonesia sanggup bekerjasama dengan Pergerakan Wanita Intemasional. Dalam kongresnya pada tahun 1932, istri Sedar menyatakan tujuan politiknya yaitu persamaan dan penghargaan yang sama dan para waruta Indonesia dan kaum laki-laki Indonesia untuk mempercepat kemerdekaan nasional.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Kongres Wanita Indonesia 1 Dalam Perkembangan Ideologi Dan Organisasi Indonesia"