Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pergantian Kekuasaan Pemerintah Kolonial

Pergantian Kekuasaan Pemerintah Kolonial


VOC berhasil memaksakan monopoli perdagangan di beberapa tempat di Nusantara semenjak tahun 1605. Kekuasaan VOC semakin luas. Bersamaan dengan itu, kebutuhan dana semakin membengkak. Mereka tetap berkeinginan untuk mempertahankan dan mengawasi daerah-daerah yang elah dikuasai. Pada penghujung era ke- 18, VOC benar-benar kewalahan menghadapi duduk kasus yang melilitnya. Perhimpunan dagang ini sudah tidak sanggup lagi mempersembahkan laba kepada negerinya sendiri, yaitu pemerintah sentra di Belanda. Bahkan untuk mengpenghasilan pegawainya sendiri, VOC sudah kewalahan.



Kesusahan yang dialami VOC disebabkan oleh

  1. menipisnya keuangan akhir korupsi, biaya perang, dan biaya mengpenghasilan pegawai,
  2. ketidakmampuan VOC untuk bersaing dengan organisasi dagang lain, terutama organisasi dagang Inggris dan Prancis, serta
  3. banyaknya prajurit yang gugur dalam menghadapi perlawanan rakyat di daerah.

Dan tiruana penyebab yang dipaparkan di atas. hal yang paling merusak gambaran dan menghancurkan VOC ialah kasus korupsi. Pada umumnya pegawai VOC yang datang di Indonesia ialah orang-orang Belanda yang di negerinya sendiri tidak mempunyai posisi ekonomi yang baik. Tujuan mereka hadir ke Indonesia spesialuntuklah untuk mencari kekayaan demi perbaikan ekonomi keluarga. Ternyata, apa yang didapat di Nusantara jauh dan angan-angannya. Mereka memperoleh penghasilan yang kecil, sedangkan pekerjaan yang harus dihadapi cukup berat. Akibatnya, mereka mengambil jalan pintas. Yaitu korupsi. Melalui tindakan ini mereka sanggup hidup bermewah-mewahan. Selain itu. mereka sanggup mengirim atau membawa pulang üang dalam jumlah yang besar.

Ketika VOC menghadapi kesusahan keuangan, di benua ErQpa sedang terjadi perubahan geopolitik. Dalam Perang Koalisi (1792—1797), di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, Prancis sanggup mengalahkan adonan Austria, Prusia, Inggris, Spanyol, Sardinia, dan Belanda. Di dalam negeri sendiri, Belanda kesusahan menghadapi bermacam pemberontakan akhir hasutan Prancis. Bahkan ketika pemberontakan semakin besar, Raja Willem V terpaksa melarikan din ke Inggris. Sesudah itu, pemerintahan Belanda diarnbilalih Prancis. Bentuk pemerintahan kerajaan kemudian diubah ke dalam bentuk republik dengan nama Republik Bataaf (Bataafsche Republiek).

Pada 31 Desember 1799 pemerintah Republik Bataaf membubarkan VOC akhir ketidakberesan keuangannya. Segala hak dan kewajiban VOC diambilalih Republik Bataaf, termasuk penyelesaian utang yang bertumpukt umpuk. Pada tahun 1806 Republik Bataaf dihapus dan diganti dengan Kerajaan Belanda (Koninrijk Holland). Napoleon Bonaparte menempatkan adiknya yang berjulukan Louis Napoleon untuk memimpin di Belanda. Sejak dikala itu, kekuasaan bantalan wilayah Hindia Belanda dipegang oleh Louis Napoleon.

Untuk mengelola pemerintahan, Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.Sejak tahun 1808 Daendels mulai melakukan kiprah pemerintahan di Hindia Belanda. Ia dibebari kiprah dan tanggungjawaban utama, mempertahankan Pulau Jawa dan serangan bangsa Inggris. Hal mi disebabkan beberapa tempat bekas kekuasaan VOC, menyerupai pantai barat Sumatera, Ambon, dan Banda sudah diduduki Inggris. Masa kekuasaan Daendels berlangsung antara tahun 1808—1811. Tindakan penting yang dilakukan Daendels dalam menjalankan tugas, yaitu

  1. membangun ruas jalan raya Anyer-Panarukan sepanjang 1100 km,
  2. membangun armada militer yang berpengaruh di Semarang dan Surabaya,
  3. memperbaiki struktur pemerintahan,
  4. menggalakkan penyerahan hasil bumi (verplichte leveranties), dan
  5. membangun awalan angkatan maritim di Merak dan Ujung Kulon.

Daendels memerintah dengan tangan besi. Pembangunan jalan raya Anyer Panarukan dilakukan dengan sistem rodi (kerja paksa). Banyak rakyat di tempat menjadi korban dalam pembuatanjalan itu. Hal mi disebal?kan rakyat bekerja tanpa rnendapatkan upah. Selain itu, makanan dan kesehatan sangat kurang diperhatikan. Sernua kebijakan Daendels sudah menumbuhkan kebenciin di hati rakyat. Akibat tindakan yang amat keras itu, Daendels dijuluki Tuan Besar Guntur atau Jenderal Mas Galak. Kekejaman dan kesewenangan Daendels menjadikannya bulan-bulanan lawan-lav. an politiknya. Bahkan kekejaman tersebut akibatnya hingga juga ke indera pendengaran Louis Napoleon di Belanda. Atas pertimbangan para petinggi Belanda, pada tahun 1811 Louis Napoleon mencopot kedudukan Daendels. Sebagai penggantinya ia mengangkat Jenderal Janssens.

Dalam masa pemerintahannya, Janssens menghadapi kesusahan memulihkan pertahanan yang belum stabil. Hal mi ditambah lagi dengan tersiarnva kabar bahwa Inggris akan menyerang Pulau Jawa. Menghadapi situasi menyerupai itu, ia segera mengumumkan bahwa negara dalam keadaan bahaya. Pada 3 Agustus 1811 Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Minto benar-benar muncul di Batavia. Secara tegas, Lord Minto meminta kepada Janssens supaya menyerahkan Pulau Jawa kepada pihak Inggris. Namun, Janssens menolak rnentah-mentah undangan itu. Peperangan akibatnya tidak terelakkan lagi.

Dalam pertempuran itu, Inggris tidak menerima perlawanan yang berarti. Janssens yang lemah dan kurang cakap mengalah di Tuntang (Salatiga) pada 17 September 1811. Dalam Perjanjian Tuntang, antara lain disebutkan bahwa Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris. Lord Minto selaku Gubernur ETC (East India Company) yang berkedudukan di India kemudian menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk menjadi penguasa gres di wilayah bekas Hindia Belanda.

Selama berkuasa, Raffles menerapkan kebijakan politik ekonomi yang disebut sistem pemungutan pajak tanah. Namun, Raffles belum sanggup melihat hasil simpulan kebijakan pemerintahannya lantaran di Eropa terjadi perubahan politik baru. Dalam Perang Koalisi yang terakhir (1813—1814), Prancis menderita abadiahan dan Inggris dan sekutunya.

Pada tahun 1814 Inggris menyelenggarakan negosiasi dengan Belanda di London. Dalam pertemuan itu ditanhadirani Perjanjian London (Convensi London) yang memutuskan Belanda akan merierima kembali tanah jajahannya yang lampau direbut Prancis. Penyerahan wilayah Hindia Belanda dan Inggris kepada Belanda berlangsung di Batavia pada 19 Agustus 1816. Inggris diwakili John Fendall dan Belanda diwakili Mr. Elout, van der Capellen, dan Buyskes.

Sejak bencana itu, berakhirlah penjajahan Inggris di wilayah Hindia Belanda yang berlangsung tahun 1811-1816. Penjajahan Inggris memang singkat, tetapi Raffles meninggalkan karya yang bermanfaa bagi rakyat Indonesia, yaitu buku History of Java, perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor, dan inovasi bunga raflesia arnoldi.
Sumber Pustaka: Sinar Grafika

Post a Comment for "Pergantian Kekuasaan Pemerintah Kolonial"