Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hubungan Dengan Kebudayaan Di Asia Tenggara: Kebudayaan Bacson, Hoabinh, Sa Huynh Dan Dongson

Kepulauan Nusantara yang terletak di antara benua Asia dan Australia sering diumpamakan sebagai sebuah jembatan di antara kedua benua tersebut. Hasil penelitian prasejarah mengatakan bahwa di masa lampau aneka macam suku bangsa sudah memasuki Kepulauan Nusantara dan Asia Daratan. Ada yang hadir dan Indocina dan menyebar ke Indonesia bab barat. Ada pula yang yang hadir melalui Kepulauan Filipina menyebar di Indonesia bab timur. Sebagian dan bangsa-bangsa itu kemudian menyebar di pulau-pulau di Lautan Pasifik dan Australia. Sebagian lagi bertolak dan Indonesia bab barat dan menyeberangi Samudra Hindia bab barat hingga mencapai kepulauan Madagaskar.

Hubungan melaluiataubersamaini Kebudayaan Di Asia Tenggara: Kebudayaan Bacson, Hoabinh, Sa Huynh Dan Dongson


Diperkirakan aneka macam jenis ras insan pada mulanya berasal dan Asia Tengah. Dan inovasi tulang belulang kuno, Nampak bahwa mereka terdiri dan aneka macam ras, menyerupai : Papua, Melguasoid, Europoid, Mongoloid, dan Australoid. Percampuran mereka melahirkan bangsa Melayu yang berkulit sawo matang. melaluiataubersamaini melalui sungai dan lembah mereka menyebar ke kawasan pantai. Penyebaran mereka diperkirakan lantaran adanya wabah penyakit dan peristiwa alam. Daerah Teluk Tonkin ialah tanah air mereka yang kedua. Dan Indocina mereka mnyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austro-Asia. Sebagian besar dan mereka menuju kepulauan yang kemudian menjadi bangsa Austronesia.

Di Lembah Sungai Mekong terdapat dua sentra kebudayaan, yaitu Bacson Hoabinh dan Dongson. Bacson berada di kawasan pepegununganan, sedangkan Hoabinh berada di kawasan dataran rendah. Keduanya terletak tidak jauh dan teluk Tonkin. Peradaban mereka pada mulanya yaitu peradaban Mesolithikum dengan hasil kebudayaannya berupa alat-alat yang gres diasah bagiani, tajamnya saja. Alat merelca yang populer yaitu (kapak sumatra), sedangkan insan pendukungnya dan ras Papua Melguasoide. Baik kebudayaan maupun insan pendukung kebudayaan mi kemudian berkembang di Kepulauan Nusantara.




Di Teluk Tonkin kemudian berkembang kebudayaan Neolithikum dengan alat-alatnya berupa kapak Persegi dan kapak Lonjong. Kapak Persegi menyebar melalui Muang Thai, Semenanjung Malaka kemudian ke Indonesia Barat dengan insan pendukungnya Melayu Austronesia. Sedangkan Kapak Lonjong menyebar melalui Taiwan, Filipina kemudian ke Indonesia bab Timur dengan insan pendukungnya Papua-Melguasoide. Penyebaran tersebut berlangsung sekitar tahun 2000 SM.

Dongson ialah asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Oleh lantaran itu kebudayaan perunggu di Asia Tenggara disebut dengan Kebudayaan Dongson. Pendukung dan penyebar kebudayaan mi yaitu bangsa Melayu Muda (Deutro-Melayu) yang menyebar ke Kepulauan Nusantara sekitar tahun 500 SM. Selain hasil kebudayaan yang bersifat material tersebut, mereka juga mengenal kebudayaan yang bersifat spiritual sepeiti : kepandaian bercocok tanam, kepandaian membuat bahtera bercadik, astronomi dan kepercayaan yang bersifat animisme dan dinamisme. Penelitian terhadap nekara perunggu yang dilakukan oleh F. Heger memperkuat adanya hubungan antara Kepulauan Nusantara dengan peradaban di Asia Tenggara.

Berdasarkan penelitian F. Heger tersebut sanggup dikiasifikasikan antara nekara tipe lokal dengan nekara tipe yang sama dengan yang terdapat di Asia Tenggara. Adanya kesamaan mi bukan berarti bahwa nekara-nekara itu berasal dan Asia Tenggara, alasannya ada pula nekara-nekara yang dibentuk di Nusantara. Hal terbukti dengan ditemukannya beberapa cetakan nekara menyerupai yang ditemukan di Bali. Penelitian terhadap benda-benda budaya tersebut juga sesuai dengan penelitian bahasa yang dilakukan oleh H.Kereen pada tahun 1886. Tradisi pembuatan gerabah di Nusantara sudah berkembang pada zaman Mesolithikum. Pada zaman Logam tradisi pembuatan gerabah berkembang pesat. Pada zaman mi tradisi pembuatan gerabah berubah menjadi beberapa komplek diberikut ini.

  1. Komplek Jawa Barat, dengan pesebarannya di Anyer (Banten), Leuwiliang (Bogor), Kramat Jati (Jakarta), dan Rengasdengklok (Karawang).
  2. Komplek Sulawesi Selatan (Kalumpang).
  3. Komplek Bali (Gilimanuk).

Menurut penelitian Soiheim tradisi gerabah di Indonesia menerima imbas dan tradisi gerabah yang berkembang di Asia Tenggara, yaitu tradisi gerabah Sa huynh-Kalanay dan tradisi Bau-Melayu. Tradisi Sa Huynh-Kalanay terutama berkembang di kawasan Sa huynh (Vietnam) dan Kalanay (Filipina), sedangkan tradisi Bau-Melayu terutama berkembang di Malaysia Timur, Filipina, Cina Selatan, Vietnam Utara, Taiwan dan Indonesia. Kedua tradisi ini dibedakan berdasarkan referensi hias dan cara pembuatannya.

Sejak zaman Prasejarah penduduk Indonesia yaitu pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Berdasarkan penelitian benda-benda prasejarah, kita sanggup mengetahui adanya hubungan antara Kepulauan Nusantara dengan aneka macam kawasan di daratan Asia Tenggara. Perahu yang dipergunakan penduduk kepulauan Indonesia dalam mengarungi lautan lepas yaitu bahtera bercadik atau berakup yang ialah bahtera khas Indonesia. Perahu tersebut terbuat batang pohon besar yang bab dalamnya dikeruk sehingga berbentuk semacam lesung. Kemudian bahtera itu didiberi cadik atau akup di kanan-kirinya sebagai alat keseimbangan semoga tidak simpel terbalik oleh hempasan ombak.

Berdasarkan inovasi penyebaran bahtera bercadik, sanggup disimpulkan bahwa penduduk Kepulauan Nusantara sudah berhasil mengarungi Samudra Hindia hingga ke India Selatan, Madagaskar, dan Afrika Timur. Mereka juga sudah mencapai Australia Utara, Hawaii di Samudra Pasifik dan menjelajah Laut Cina Selatan sehingga hingga ke daratan Cina.

Di Madagaskar, selain penduduknya mempunyai ciri-ciri fisik yang sama dengan orang Indonesia, mereka juga memakai Bahasa Malagasi yang satu rumpun dengan rumpun bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Luasnya pelayaran penduduk Kepulauan Nusantara pada masa Prasejarah mi tentunya didukung oleh pengetahuan mereka ihwal keadaan laut, sifat angin, dan astronomi.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Hubungan Dengan Kebudayaan Di Asia Tenggara: Kebudayaan Bacson, Hoabinh, Sa Huynh Dan Dongson"