Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masa Bercocok Tanam Pada Proses Perkembangan Sosial Biudaya Dan Ekonomi

Masa Bercocok Tanam Pada Proses Perkembangan Sosial Biudaya Dan Ekonomi


Masa bercocok tanam ialah masa yang penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban. Beberapa inovasi gres dalam rangka penguasaan sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan binatang mulai dipe1ihra dan dijinakkan. Teknik bercocok tanam dengan berhuma mulai dikembangkan sehingga muncullah ladang-ladang pertanian yang sederhana.

Pada mulanya acara bercocok tanam menghasilkan keladi, ubi, pisang, manggis, rambutan, salak, kelapa, dan sebagainya. Penanaman flora yang berasal dan biji-bijian memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan tersebut mulai dikenal secara perlahan-lahan saat para pendukung kebudayaan kapak persegi besar lengan berkuasa di Kepulauan Nusantara. Tanaman keladi membutuhkan air yang cukup. Untuk itu dibuatkan pematangp ematang yang dilengkapi dengan saluran-saluran air. melaluiataubersamaini demikian, pada masa mi masyarakat mulai mengenal irigasi. Tanaman diberikutnya yang dikenal ditanam ialah tumbuhan rumputr umputan (jewawut dan padi gaga) yang ditanam di tanah kering dengan spesialuntuk menaburkan biji-bijinya.


Binatang yang pertama kali dijinakkan, yaitu anjing yang dipergunakan sebagai mitra dalam berburu dan sebagai penjaga. Kemudian mereka juga menjinakkan babi, ayam, dan kerbau untuk di makan. Babi dan kerbau selain untuk dimakan juga dipakai sebagai binatang korban.

Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ditemukan, maka sanggup disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam Kepulauan Nusantara sudah dihuni secara meluas. Ada kecenderungan penduduk pada masa itu untuk mendiami tempat-tempat terbuka yang erat sumber air. Ada kalanya yang didiami ialah tempat-tempat yang agak tinggi dan bukit-bukit kedil yang dikelilingi sungai atau jurang serta dipagar oleh hutan. Tujuannya untuk melindungi diri dan serangan musuh atau gangguan binatang-binatang buas.

Pada masa bercocok tanam sudah ada gejala cara hidup menetap di suatu perkampungan. Pada masa mi sudah ada desa-desa kecil semacam perdukuhan. Pada setiap dukuh terdapat beberapa daerah tinggal yang dibangun secara tidak beraturan. Membangun rumah, menebang dan memperabukan hutan, menanam dan memguan, berburu, menangkap ikan, dan membuat gerabah dilakukan secara bergotong royong. Walaupun demikian, ada dukungan kerja menurut jenis kelabuin dan usia. Pekeijaan yang menghabiskan tenaga dan beresiko ibarat membuat rumah, menggali lubang untuk benih, dan menangkap ikan di maritim lepas pantai dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan merawat bayi, menabur benih, merawat rurnah, dan membuat gerabah dilakukan oleh kaum wanita. Anak-anak memmenolong ibunva membuat gerabah dan pekerjaan enteng lainnya.

Di tempat-tempat yang tandus dan berbatu muncul industry-industri lokal yang menghasilkan alat-alat keija, ibarat kapak persegi dan kapak lonjong. Bukti-bukti mi ditemukan di beberapa daerah ibarat di Punung (Pacitan), Kendeng Lembu (Banyuwangi), Wonogiri (Surakarta), Bogor, Purwakarta, dan di Lahat (Sumatra Selatan). Kelebihan waktu antara waktu menanam dengan waktu pguan memungkinkan berkembangnya acara lain di luar sector pertanian yang mereka gunakan untuk membuat alat pemukul kulit kayu, membuat anyam-anyaman, membuat gerabah, dan sebagainya. Pada masa bercocok tanam sudah muncul perdagangan barter.

Barang-barang yang dipertukarkan berupa hasil-hasil bercocok tanam, hasil keralinan (gerabah, kapak dan perhiasan), garam, dan ikan maritim yang dikeringkan. Barang-barang tersebut diangkut melalui jalan darat, laut, dan sungai. Perahu dan rakit memegang peranan penting sebagai masukana transportasi.
Sumner Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Masa Bercocok Tanam Pada Proses Perkembangan Sosial Biudaya Dan Ekonomi"