Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Struktur Pelapisan Bumi (Litosfer) Dan Pemanfaatannya

Pengertian Litosfer

Litosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu litos berarti batuan dan sphera yang berarti lapisan. Dari kata itu litosfer diartikan sebagai lapisan kulit bumi yang paling luar. Bumi bukan ialah benda yang homogen, melainkan tersusun dari 7 lapisan yang tidak sama. Pada waktu bumi dalam keadaan cair, pada dikala itulah mulai berlaku proses diferensiasi mineral sesuai dengan berat jenisnya.

Mineral yang lebih berat akan terserius di bawah sedangkan mineral yang lebih enteng akan terserius di atas sehingga litosfer yang ialah kulit bumi paling atas banyak didominasi silikat silisium aluminium. 

Pada potongan yang lebih dalam mengandung silisium magnesium yang berbentuk logam sulfida, sedangkan inti bumi didominasi oleh unsur bijih besi dan nikel. Susunan yang tetap dan lestari itu menjadi ciri khas plguat bumi. Litosfer memiliki sifat padat dan pejal (rigid). Bahan penyusunnya terdiri dari batuan kristalin dengan ketebalan rata-rata 70 km. 

Kalian tentu masih ingat dengan materi tentang penampang lapisan dalam kulit bumi, termasuk litosfer, yang sudah kalian pelajari pada bab-bab sebelumnya. Kalian sanggup melihat kembali gambar 2.3 di hal 27 yang menyajikan gambar penampang lapisan dalam kulit bumi, termasuk litosfer.
 

Batuan Pembentuk Litosfer

Batuan ialah benda padat bentukan alam yang terdiri dari satu atau lebih mineral, sanggup dalam bentuk batuan granit, andesit, pasir, watu bara, lempung, dan lain-lain kecuali tanah. Berdasarkan proses pembentukannya (genesanya) sanggup digolongkan menjadi:
1. Batuan Beku 

Batuan beku ialah batuan yang terbentuk akhir pendinginan dan kristalisasi materi larutan cair (pijar) yang memiliki tekstur dan kbmposisi yang khas (magma), baik yang terbentuk di dalam bumi maupun di luar bumi. Batuan yang terbentuk jauh di dalam bumi akan memiliki tekstur agresif dan berangsur-angsur memiliki tekstur yang halus bila terbentuk mendekati permukaan bumi. Berdasarkan relasi proses pembentukannya sanggup dibagi menjadi sebagai diberikut:
  • Batuan beku dalam Disebut batuan plutonis (abisis) dengan struktur holokristalin (tekstur tepat atau kasar) yang terbentuk akhir pendinginan dan pembekuan secara lambat yang jauh di dalam bumi. Ciri fisik batuan ini ialah umumnya berbutir agresif dibandingkan dengan batuan ekstrusi, jarang mengatakan adanya lu-bang-lubang gas alasannya ialah melalui pendinginan secara lambat.
  • Batuan gang Disebut juga dengan batuan korok (hypo abisis) dengan struktur porfir (lebih halus) yang terbentuk akhir pendinginan dan pembekuan magma yang menerobos lewat celah-celah litosfer secara lambat. Ciri fisik batuan ini umumnya berbutir halus bila dibandingkan dengan batuan plutonis dan lebih agresif dibandingkan dengan batuan efusif alasannya ialah proses pendinginan agak lebih cepat sehingga kristal mineral tidak tiruananya besar, dan sedikit mengandung gas.
  • Batuan beku luar (efusij), Batuan ini ialah bentuk batuan yang dibuat oleh magma ketika mencapai permukaan bumi yang disebut lava. Jika lava itu cair, maka sanggup menyebar luas dan membentuk lapisan batuan tebal sehingga dikenal dengan Plateu
Basalt (dataran tinggi berbatu basalt). contohnya ialah Plato Dekan di India yang mencapai ketebalan 2.000 meter, Ice Land dengan lelehan lava mencapai 100.000 kilometer persegi dan ketebalan mencapai 3.000 meter, serta dataran tinggi watu basalt di Sukadana Lampung. Adapun lava yang kental membentuk gumpalan lava yang penyebarannya relatif terbatas.

 yaitu litos berarti batuan dan sphera yang berarti lapisan Struktur Pelapisan Bumi (Litosfer) dan Pemanfaatannya


2. Batuan Endapan (Batuan Sedimen)

Batuan ini terbentuk alasannya ialah timbunan endapan yang sudah mengalami pemadatan atau sementasi sehingga menjadi batuan yang pejal (proses lithologi). Proses asal pembentukan batuan sedimen mencakup beberapa aspek empat proses penting, yaitu sebagai diberikut:
  • Pelapukan (weathering), ialah hancurnya batuan dan benda lain dari ukuran besar menjadi kecil dengan tanpa disertai perubahan susunan kimia maupun dengan disertai perubahan.
  • Pengangkutan (transportation), dilakukan oleh tenaga (agent) menyerupai air yang mengalir, gletser, angin, dan gaya gravitasi.
  • Pengendapan (deposition), terjadi di banyak sekali macam lingkungan sedimentasi seperti: sungai, delta, danau, pesisir, dan maritim dangkal.
  • Pemadatan dan pengikatan (compaction and cementation), bahan-bahan lepas tersebut mengalami penimbunan, pemadatan, dan pengikatan sehingga membentuk batuan pejal (batuan sedimen). Berdasarkan materi sedimennya, batuan sedimen sanggup digolongkan menjadi sedimen klastis, sedimen kimia, sedimen organis. Berdasarkan tenaga yang mengendapkannya, batuan sedimen sanggup dibagi menjadi batuan sedimen aeolis, batuan sedimen akuatis, batuan sedimen glasial, dan batuan sedimen marine. 
 
3. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)

Batuan malihan (batuan metamorf) ialah batuan yang sudah mengalami penghabluran ulang dari batuan beku, batuan sedimen atau batuan malihan dalam keadaan padat (rekristalisasi, sehingga membentuk tipe batuan gres dengan tekstur dan susunan atau struktur tertentu, bahkan adakalanya dengan komposisi mineral yang baru. 

Proses metamorfis ialah suatu proses yang dialami oleh batuan asal akhir tekanan dalam waktu yang usang dan kenaikan temperatur atau kontak dengan batuan intrusi. Batuan malihan mencakup sebagian besar kulit benua, yang diliputi lapisan (beberapa ratus sampai ribuan meter) oleh batuan sedimen. Menurut DGA Whitten dkk, terdapat lima tipe batuan metamorfis, antara lain sebagai diberikut;
  • Batuan malihan thermal (kontak), terbentuk akhir proses perubahan batuan yang spesialuntuk melibatkan gerah tanpa efek tekanan penting, biasanya diikat oleh intrusi perapian. misalnya, watu pualam, marmer dari watu kapur, dan antrasit dari watu bara.
  • Batuan malihan, terbentuk akhir tekanan yang intensifdan terlokalisasi sehingga meng-akibatkan penghancuran batuan, menyerupai milonit (tepung batuan). contohnya ialah watu pasir dari pasir, watu sabak dari tanah liat, dan watu bara dari gambut.
  • Malihan regional (malihan dinamothermal), ialah proses perubahan batuan yang terjadi alasannya ialah gerah dan tekanan yang tinggi sehingga menghasilkan mineral gres dengan sebaran yang sangat luas. Malihan regional selalu dikaitkan dengan orogenesis (pemben-tukan pepegununganan lipatan) dan intrusi perapian. contohnya ialah percampuran mineral azurit yang mengubah batuan menjadi tembaga, serta mineral topas dan turmalin yang sanggup mengubah batuan menjadi watu permata.
  • Malihan surut (diaftoresis), ialah proses perubahan materi malihan yang menghasilkan batuan malihan yang lebih rendah (di luar proses pelapukan).
  • Malihan pendinginan (autometamorfisme), ialah perubahan materi malihan yang terjadi selama pendinginan pada sisa cairan magma.
 Daftar Pustaka : PT. Bumi Aksara

Post a Comment for "Struktur Pelapisan Bumi (Litosfer) Dan Pemanfaatannya"