Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Verbal Dan Penulisan Di Dunia Dan Asia Tenggara

Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Lisan Dan Penulisan Di Dunia Dan Asia Tenggara



Berikut ini yaitu prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah lisan yang perlu kita ketahui bersama.

Sejarah Penelitian dan Penulisan


Sejarah penelitian dan penulisan sejarah lisan dimulai pertama kali oleh Herodotus pada zaman Yunani kuno. Herodotus pada dikala itu mengembara ke aneka macam negara untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan melalui wawancara terhadap aneka macam kalangan. Tokoh lainnya yaitu Thucydides. Ia berhasil menyusun sejarah Perang Peleponesos, yaitu perang antara Athena dan Spartha. Dalam menyusun kisah tentang perang Troya, Thucydides melaksanakan wawancara dengan para prajurit yang terlibat pribadi dalam perang tersebut.



Walaupun sejarah lisan sudah sangat bau tanah usianya tetapi sekitar kala ke-17—19 di Eropa mulai muncul Koreksian-Koreksian terhadap sejarah lisan. Dua orang sejarawan populer yang gencar mengKoreksi sejarah lisan yaitu Charles Victor Langois dan Charles Seignobos dan Universitas Sorbonne Perancis. Mereka menyampaikan bahwa sejarah lisan yang diperoleh bukan dan dokumen tertulis, bukan sejarah. Mereka lupa bahwa sebagian besar umat insan semenjak lahir sampai kematian menjemput, tidak pernah mengenal dokumen tertulis melainkan spesialuntuk mengenal dongeng dan lisan ke mulut.

Baru pada kala ke-20 sejarah lisan kembali menerima perhatian para ahli. Sejak tahun 1930 di Amerika mulai diadakan penelitian besar-bemasukan terkena masa kemudian para bekas budak kulit hitam. Kemudian pada tahun 1948 Alan Nevins mendirikan sentra sejarah lisan pertama di Universitas Colombia New York. Berawal dan situlah penelitian dan penulisan sejarah lisan mulai gencar dilakukan oleh negara-negara lain menyerupai Kanada, Inggnis, Prancis, dan Italia dengan mendirikan lembaga-lembaga sejarah lisan.
  • Penelitian dan penulisan sejarah lisan di Asia Tenggara
Di Asia Tenggara penelitian dan penulisan sejarah lisan diawali oleh Malaysia dengan mendirikan Lembaga Arsip Nasional pada tahun 1963 kemudian Thailand pada tahun 1977. Di Singapura, Institute of South East Asian Studies (ISEAS) memulai sebuah proyek yang memusatkan perhatian pada duduk masalah Perang Dunia II dan penistiwa-peristiwa yang terjadi sesudahnya. Pada tahun 1979 sejarah lisan menjadi semakin penting di negara ini dengan dibentuknya Pusat Sejarah Lisan di Arsip Nasional Singapura. Kemudian di bawah koordinasi Arsip Nasional Singapura dibentuklah Proyek Sejarah Lisan ASEAN.
  • Penelitian dan penulisan sejarah lisan di Indonesia
Penelitian sejarah lisan di Indonesia dimulai oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tahun W72 di bawah koordinasi Jose Rizal Chaniago. Penelitian itu bertujuan untuk mengisi belum sempurnanya arsip pada periode tahun 1942—W45 terkena masa pendudukan Jepang di Indonesia. Penelitian sejarah lisan di Indonesia terasa semakin besar peranannya untuk dikala ini terutama terkena masalah-masalah yang bekerjasama dengan pemerintahan Orde Baru sampai tumbangnya rezim tersebut. Penelitian dan penulisan sejarah lisan tersebut bertujuan untuk mengisi belum sempurnanya atau kekosongan arsip, sekaligus menampilkan citra yang lebih lengkap dan menyeluruh terkena masa lampau, yang terkait dengan jati diri dan masa depan bangsa yang bersangkutan.

Prinsip-Prinsip Dasar


Dalam penelitian dan penulisan sejarah lisan wawancara ialah inti terpenting. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diharapkan oleh sejarawan. Wawancara sanggup dilakukan terhadap seorang narasumber atau beberapa orang terkena masalah-masalah tertentu yang ingin diketahui oleh pewawancara. Penelitian sejarah lisan dalam bentuk wawancara dilakukan dua arah, yaitu antara orang yang mewawancarai dan orang yang diwawancarai.

Dalam hal ini pewawancara sanggup menanyakan pribadi kepada orang yang diwawancarai jikalau ada hal-hal yang belum jelas. Sebaliknya, informan sanggup mempersembahkan koreksi atau mempersembahkan klarifikasi lebih terperinci terhadap si pew awancara. Walaupun deinikan. tidak berarti bahwa wawancara itu berupa dialog, melainkan pewawancara spesialuntuk mempersembahkan pengarahan semoga informan sanggup mengungkapkan apa yang harus diungkapkan secara lengkap dan terserius. Itulah sebabnya wawancara dalam penelitian dan penulisan sejarah lisan lebih bersifat monolog dan bukan dialog.

Oleh lantaran penulisan sejarah lisan lebih bersifat monolog, maka prinsip-prinsip dasar dalam penelitian dan penulisan sejarah lisan yang harus diperhatikan yaitu sebagai diberikut.
  1. Pewawancara sebaiknya mengadakan pendekata sebelum wawancara.
  2. Pewawancara sebaiknya membuat daftar pertanyaan dan mempersembahkan pada calon informan sebelum memulai wawancara.
  3. Pertanyaan hendaknya menghindari munculnya jawabanan ya atau tidak.
  4. Pertanyaan yang didiberikan hendaknya mel uruskan kisah yang dialaini oleh orang yang diwawancarai, dan menghindari seolah-olah pewawancara lebih tahu atau Iebih berilmu dan yang diwawancarai.
  5. Informan atau narasumber yaitu pihak pertama artinya ia sendiri yang terlibat Iangsung dalam duduk masalah yang diwawancarakan.
  6. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konvensional sebaiknya didiberikan pada selesai wawancara. Sejarah lisan biasanya mengand ung arti catatan terkena suatu tempat, orang atau insiden sejarah, kenangan Iangsung terkena masa lalu, dan kisah dan saksi mata. melaluiataubersamaini deinikian, peristiwa-peristiwa itu yaitu kenangan yang hidup.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Prinsip Dasar Penelitian Sejarah Verbal Dan Penulisan Di Dunia Dan Asia Tenggara"